Peningkatan biaya pendidikan seakan tak mengenal kata berhenti. Setiap 1-2 tahun, terlihat kenaikan biaya pendidikan. Jika Anda berencana memiliki anak dalam beberapa tahun ke depan, mulailah untuk menabung dan berinvestasi sedini mungkin, karena menurut Mohammad B. Teguh, Independent Financial Planner dari Quantum Magna Financial, dalam talkshow yang digelar di Bidakara Wedding Expo 6, beberapa waktu lalu, inflasi biaya pendidikan bisa meningkat sekitar 18-20 persen per tahun. Artinya, jika mengandalkan tabungan yang mengendap dengan jumlah seadanya, akan sulit untuk mengejarnya.
"Tak pernah ada kata terlambat untuk mulai berinvestasi. Semakin cepat berinvestasi, semakin baik. Artinya, semakin waktunya lama, load-nya semakin kecil, karena waktunya panjang. Misalnya, kita sejak sebelum menikah sudah menyiapkan dana pendidikan untuk anak, maka jangka waktunya panjang, jadi mencicilnya bisa dilakukan sedikit-sedikit. Sementara kalau anak sudah umur 3 tahun baru mencicil, jangka waktunya sudah pendek semua. Jadi, kita tidak bisa memilih investasi dengan gain atau yang risikonya tinggi. Misal, kita tahu anak akan masuk sekolah di usia 6 tahun, uang masuk dari sekolah yang kita tuju Rp 20 juta, kan berbeda cara menabungnya jika kita mulai menabung dari usia 32 tahun dengan saat usia 45 tahun," jelas Teguh.
Ambil asumsi, Anda baru berencana menikah, akan lebih baik jika sudah memikirkan biaya pendidikan anak. "Kebanyakan calon pengantin hanya memikirkan biaya keuangan untuk hari pernikahan. Namun, yang lupa dilihat adalah usai pernikahan akan banyak kebutuhan bersama yang butuh pembiayaan, termasuk biaya sekolah anak. Misalkan, Anda akan menikah tahun depan, dalam 2 tahun ke depan akan ada anak yang lahir. Jika diperhitungkan, mungkin sekitar 6 tahun dari sekarang, si anak akan mulai masuk TK, lalu 3 tahun setelahnya, ia akan masuk SD, yang artinya, dalam waktu 15 tahun dari sekarang. Lalu lagi ia akan masuk SMP, dan seterusnya. Siapkan sejak dini biayanya, maka Anda tidak akan menyiapkan uang dalam jumlah besar mendadak," jelas Teguh.
"Misal si anak ingin Anda sekolahkan di sebuah sekolah yang biaya masuknya sekitar Rp 20 juta, dan itu masih ada sekitar 5 tahun lagi, biaya tersebut harus dipikirkan sedari sekarang, supaya biaya tabungannya tidak berat menjelang harinya. Karena masih 5 tahun lagi, perlu diperhitungkan pula kenaikan harga yang akan terjadi selama 5 tahun itu. Untuk pendidikan, menurut perhitungan kami, terjadi kenaikan sekitar 18-20 persen per tahun. Jadi, kalau mau siapkan dana pendidikan dalam beberapa tahun ke muka, siapkan lebihan dana sekitar sekian persen tadi kalau mau aman. Lalu, dari angka tersebut, katakan 20 persen dari Rp 20 juta, dapat angka Rp 24 juta, pikirkan bagaimana mendapat angka tersebut dengan investasi setiap sebulannya. Lihat pula kemampuan kita dengan sekolah yang dituju. Jika gaji kita hanya, katakanlah, Rp 5 juta, sementara biaya sekolah per bulannya juga segitu, kita tidak akan sanggup, jadi, jangan lupa untuk menghitung segala pengeluaran yang dibutuhkan anak saat sekolah di sana," papar Teguh.
Dimulai dari kapan sebaiknya menabung untuk pendidikan anak? Teguh mengatakan sedini mungkin, mengingat harga biaya sekolah yang cenderung naik. Dari sana, Teguh membagi tips untuk Anda, yang berencana memiliki anak agar menyiapkan dana pendidikan, sebisa mungkin, dalam bentuk investasi. "Kalau tabungan, biasanya sekitar 3 persen saja per tahunnya, lalu inflasi sekitar 20 persen, tidak akan terkejar. Sebaiknya Anda mulai melakukan perencanaan keuangan dan investasi yang bunganya cukup besar," jelas Teguh yang mengingatkan, pastikan Anda memiliki angka pasti yang ingin dikejar supaya bisa lebih fokus menabung. Jangan lupa untuk menghitung angka pasti itu sudah mencakup biaya masuk sekolah ditambah perkiraan inflasi dan investasi Anda disisihkan dari pendapatan bulanan sekitar 10-30 persen.
Pilih mana investasinya? Teguh menyarankan untuk mengikuti reksadana, "Reksadana itu merupakan sebuah wadah investasi. Semua dana investor dimasukkan ke dalam situ, lalu akan dikelola oleh manajer investasi. Kemudian manajer investasi akan membelikan saham, obligasi, SBI, dan lainnya. Semua return dimasukkan ke wadah ini, kemudian dibagi rata kepada investor. Si manajer investasi akan mendapatkan fee, bukan hasil dari return investasi. Sehingga keuntungannya untuk investor."
Dijelaskan lagi oleh Teguh, ada 4 tipe reksadana yang populer; reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan reksadana saham. Reksadana pasar uang dikelola dengan dibelikan SBI, atau deposito, disarankan untuk uang yang penggunaannya dalam waktu dekat saja. Kalau reksadana pendapatan tetap, dibelikan obligasi untuk penggunaan dalam jangka waktu sedang. Kalau campuran, bisa macam-macam yang dibelikan, disaranakn waktu penggunaan dananya lebih lama. Kalau reksadana saham, minimal 80 persen investasinya berupa saham, yang risikonya lebih besar, tetapi return-nya lebih besar, sehingga disarankan untuk penggunaan jangka waktu yang masih sangat lama, seperti dana kuliah anak atau dana pensiun.
"Setelah menyiapkan dana pendidikan anak yang mendasar, yang lebih penting lagi, siapkan dana pensiun kita. Antara dana pendidikan dan dana pensiun, lebih penting prioritaskan dana pensiun. Karena dana pendidikan, ketika anak sekolah, kita masih produktif, masih bekerja, jadi masih bisa mencicil. Sementara saat kita pensiun, tak baik kita mengandalkan anak untuk masa depan kita. Lebih enak memikirkan dana pensiun sejak muda, lalu dana pendidikan anak disesuaikan dengan sisa kemampuan kita karena saat anak bersekolah, kita masih produktif, masih bisa cari penghasilan," terang Teguh lagi.
Mengenai bagaimana mempersiapkan uang sekolah, berikut ini saran dari Safir Senduk, dikutip dari berita Kompas Edukasi, Yuk, Hitung Biaya Sekolah ala Safir Senduk!:
Ambil contoh, anak Anda tahun ini berumur 1 tahun. Rencananya, di usianya yang keenam nanti Anda akan memasukkannya ke Sekolah Dasar swasta "A", yang biaya masuknya tahun ini sebesar Rp 15 juta. Nah, kira-kira, berapa besarnya biaya masuk SD "A" saat anak Anda berusia enam tahun?
- Pertama, jadikan inflasi sebagai patokan Anda menghitungnya.
- Jika inflasi mencapai 10 persen, berarti suatu barang yang tadinya seharga Rp 1 juta, setelah setahun harga barang tersebut mencapai Rp 1,1 juta
- Nah, jika biaya masuk ke SD "A" tahun ini sebesar Rp 15 juta, dengan inflasi 10 % (persen), maka biaya masuk SD tersebut tahun depan adalah 16.500.000.
- Caranya menghitung: 15.000.000 x 1,1 (10 %) = 16.500.000 juta
- Tahun berikutnya atau tahun kedua, langkah yang dilakukan juga begitu, yaitu 16.500.000 x 1,1 = Rp 18.150.000 juta
- Begitulah seterusnya Anda menghitung hingga memeroleh angka pada tahun keenam. Yaitu, dengan mengalikan jumlah biaya di tahun yang terakhir dengan 10 persen atau 1,1 tahun.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar