Subscribe:

Jumat, 03 Februari 2012

Merencanakan Keuangan & Merancang Masa Depan

Sebaiknya kita menggunakan maksimal 55% dari gaji yang kita terima setiap bulannya untuk kebutuhan sehari-hari. Karena itu, alangkah baiknya jika kita juga terus membiasakan diri untuk memiliki pola hidup yang sederhana.

Sebagai contoh, jika ada di antara Anda yang belum memiliki rumah dan karena satu dan lain hal harus tinggal di tempat kost, setidaknya beberapa ratus ribu rupiah sudah pasti terpotong dari gaji Anda selama sebulan. Untuk itu, Anda bisa menyiasatinya dengan mencari tempat kost di daerah yang tidak terlalu mahal, walaupun untuk itu Anda mungkin perlu sedikit “prihatin”, dalam arti Anda memilih tempat kost yang hanya memiliki kipas angin, karena tempat kost yang menyediakan AC sudah pasti lebih mahal harganya. Lalu selain tempat tinggal, kita juga perlu memikirkan tentang makan sehari-hari atau kebutuhan kita setiap bulan. Jika kita berbelanja kebutuhan sehari-hari di supermarket, harganya pasti akan lebih mahal dibanding jika kita berbelanja di toko serba ada. Begitu pula jika kita memasak sendiri di rumah akan jauh lebih hemat daripada makan di luar. Memang mau tidak mau dibutuhkan usaha ekstra jika kita ingin melakukan penghematan, tapi seandainya kita rela melakukan tindakan-tindakan penghematan seperti itu, kita akan memiliki sisa uang atau kesempatan menabung yang lebih besar lagi. Semakin banyak yang bisa kita tabung, semakin besar pula kesempatan kita untuk berinvestasi.

Modal dan Investasi
Bicara tentang modal dan investasi, ada baiknya kita melakukan semacam pengelompokan, sehingga dari pengelompokan ini kita bisa menimbang investasi apa yang bisa kita kerjakan. Sebagai contoh: Jika modal kita di bawah 5 juta rupiah, maka jenis investasi yang tersedia akan berbeda dibandingkan jika kita memiliki modal 10-15 juta atau bahkan 50 juta ke atas. Katakanlah modal kita di bawah 10 juta, kita bisa menimbang jenis investasi yang ingin kita lakukan berdasarkan kebutuhan yang ada di masyarakat sekitar kita.

Sebagai contoh: apabila kita tinggal di lingkungan di mana banyak terdapat anak muda dan tempat kost-kostan, kesempatan investasi yang paling bagus antara lain adalah jasa cuci pakaian atau laundry. Kita bisa mulai menghitung, untuk pakaian 1 kg, berapa banyak sabun yang kira-kira dibutuhkan dan berapa besar listrik yang terpakai untuk menyeterika. Dari situ kita juga bisa mencari seseorang untuk membantu kita mencuci, atau jika kita tidak ingin menyewa orang, berapa besar biaya operasional yang harus kita keluarkan jika menggunakan mesin cuci? Dari perhitungan tersebut, kita bisa mengetahui berapa harga yang akan kita patok per kilogramnya untuk pelanggan kita. Selain itu, mungkin kita tidak perlu mengambil profit margin yang terlalu besar tetapi kita lebih mengejar omzetnya.

Ada banyak peluang usaha lain yang bisa kita ambil dan semua itu dapat didasarkan dari kebutuhan-kebutuhan yang ada di sekeliling kita. Karena itu, kita perlu terus mengasah kemampuan dalam menganalisa dan membuat pengamatan, sehingga akan jauh lebih mudah untuk melihat peluang yang ada sesuai dengan “ketebalan dompet” dan waktu yang kita miliki. Sektor riil bisa kita manfaatkan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang ada, karena di mana ada kebutuhan, akan selalu ada kesempatan untuk memenuhi kebutuhan itu dan menjadikannya sebagai peluang bisnis.Dengan modal di bawah 5 juta, alternatif investasi selain di sektor riil adalah pasar saham yang juga cukup menjanjikan. Dengan modal di bawah 10 juta kita tetap bisa memanfaatkan kesempatan-kesempatan di pasar saham. Yang kita perlukan hanyalah mempelajari fluktuasi yang ada sehingga kita tetap bisa mengambil keuntungan dari setiap situasi yang terjadi. Di sisi lain, tidak ada salahnya jika kita menyimpan sebagian uang di bank, karena bagaimanapun juga kita perlu memiliki cashflow. Jika kita menyimpan cashflow dalam bidang investasi, kita tidak bisa mengambilnya sewaktu-waktu jika dibutuhkan.Jika suku bunganya menjanjikan, kita juga bisa “memarkirkan” uang kita di bank dalam bentuk deposito ataupun reksa dana. Tapi dalam kondisi sekarang ini, sebaiknya jangan terlalu lama atau terlalu banyak memarkirkan uang kita di bank. Pihak Bank sendiri memang sengaja menurunkan suku bunga, dengan harapan agar dana-dana yang selama ini diparkirkan oleh banyak pihak di bank bisa mulai ditarik untuk kemudian diinvestasikan di sektor riil, sehingga akan terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan di sektor riil.Sebaiknya sekitar 15-20% dari total tabungan yang ada bisa kita pakai untuk diinvestasikan, sementara sisanya tetap disimpan sebagai cashflow di tabungan, sambil menunggu adanya peluang-peluang investasi yang lebih bagus lagi. Satu tips lagi, jika kita punya tabungan yang agak berlebih, sebaiknya jangan diinvestasikan di satu jenis investasi saja. Mungkin pada awalnya kita memulai dengan satu investasi saja, tetapi pastikan profit yang kita dapatkan dari investasi tersebut kita bisa tabung -- jangan dipakai untuk memperbesar cashflow atau untuk meningkatkan gaya hidup. Dengan demikian, kita akan memiliki uang yang cukup jika di kemudian hari ada peluang investasi yang bagus terbuka di hadapan kita, sehingga kita bisa memiliki multiple-income – pendapatan kita bukan hanya dari satu sumber saja, melainkan dari beberapa sumber.Jika ada orang yang tidak pernah tertarik untuk menabung, hal itu bisa disebabkan karena ia memang tidak terbiasa menabung. Jadi yang perlu kita lakukan hanya membiasakan diri saja. Lalu, jika ditanya “Bagaimana agar saya tertarik?” cara yang paling sederhana adalah: coba mulai pikirkan apa saja keuntungan yang bisa Anda nikmati ketika Anda mulai menabung, dan apa saja keuntungan jangka panjang yang bisa Anda nikmati ketika tabungan Anda semakin bertambah dan Anda mulai memiliki kesempatan untuk berinvestasi sehingga pundi-pundi dan cashflow Anda semakin bertambah besar (yang tentu saja berujung pada terciptanya kehidupan yang lebih baik).


Budaya Investasi yang Ditanamkan Sejak Dini
Budaya investasi bisa ditanamkan sejak dini dalam diri anak-anak. Meskipun di sekolah kita diajarkan berhitung, namun kita hampir tidak pernah diajarkan tentang cara mengelola uang. Sebagai akibatnya, anak-anak yang ada –bahkan kita para orangtua– hampir tidak pernah bisa mengelola keuangan dengan baik. Jangankan berinvestasi, memastikan agar bulan ini tidak berhutang saja sering kali menjadi pergumulan bagi kita. Di Indonesia saat ini sudah ada sebuah program pendidikan finansial yang sedang dipersiapkan, yang dikhususkan bagi anak-anak berusia 9-18 tahun, di mana mereka akan diajarkan tentang cara mengelola uang, bahkan tentang berinvestasi.

Sepanjang yang saya amati, kita hampir tidak pernah melihat anak usia 10 tahun berjualan –bukan karena mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu, melainkan dalam arti mereka memulai usaha sendiri dari berjualan itu. Hal ini terjadi karena anak-anak yang berasal dari keluarga yang cukup mapan –terlebih jika mereka sudah menempuh pendidikan yang baik-- hampir tidak pernah diijinkan untuk berpikir tentang bagaimana harus mencari uang. Orang tua sering kali berkata, “Tugas kami sebagai orangtua untuk mencari uang, kamu cukup belajar yang rajin di sekolah supaya mendapat nilai yang bagus.” Padahal, statistik menunjukkan –dan Bank sendiri sudah mulai mengeluarkan kartu kredit khusus untuk anak-anak– bahwa budaya yang dibangun dalam diri anak-anak sekarang ini justru budaya konsumtif, sehingga mereka hanya tahu bagaimana membelanjakan uang mereka. Nah, program pendidikan finansial yang akan segera di-launching ini akan menolong mempersiapkan dan mengajarkan anak-anak kita, mulai dari usia 9 tahun sampai kurang lebih 17 tahun, tentang bagaimana mengatur uang yang mereka terima dari orangtua mereka, baik itu uang jajan atau uang untuk bermain, sekaligus melatih mereka sampai mereka bisa membuat sebuah business plan.

Di kota besar seperti Jakarta, banyak ibu rumah tangga yang mau tidak mau harus bekerja karena tuntutan ekonomi. Di sisi lain, dengan bekerja di luar, mereka harus menggunakan jasa seperti pembantu rumah tangga, babysitter, catering, dan lain sebagainya yang tentunya menyebabkan pengeluaran ekstra. Alangkah baiknya jika ibu-ibu rumah tangga mulai membuat catatan pengeluaran untuk dibandingkan dengan jumlah gaji yang diterima. Contoh: untuk seorang babysitter kita membutuhkan 350 ribu rupiah, lalu seorang pembantu rumah tangga juga 350 ribu rupiah, dan catering selama sebulan 500 ribu rupiah. Jika jumlah tersebut ditotal, maka pengeluaran tetap kita setiap bulan adalah 1.200.000, belum lagi kebutuhan-kebutuhan yang lain. Jika ternyata gaji kita hanya 1.250.000, berarti kita hanya memiliki surplus sebesar 50 ribu dari total gaji yang kita terima dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran tadi. Ini sama dengan kerja rodi yang sangat tidak menguntungkan.

Namun akan berbeda jika sebagai ibu rumah tangga kita mulai mengembangkan kemampuan untuk melihat peluang-peluang investasi dan melakukan usaha, apalagi jika usaha tersebut bisa dilakukan dari rumah, sehingga kebutuhan akan babysitter dan pembantu rumah tangga bisa diminimalkan. Kita juga bisa memasak sendiri sehingga tidak memerlukan catering, sehingga ini akan semakin meminimalkan pengeluaran dan kita memiliki cashflow yang lebih besar lagi.

Ada banyak sekali peluang usaha di sekeliling kita. Ketika kita mengasah kemampuan untuk menganalisa dan membuat pengamatan, ditambah sense of business yang tajam, maka kita akan bisa memperoleh sumber pendapatan yang baru bagi hidup kita sehari-hari.

0 komentar:

Posting Komentar

Pasang Link Kamu Disini!!!